shelter 3 Gunung Kerinci |
Waktu itu bulan puasa, Jumat 10 Juli 2015 sekitar jam setengah 10 pagi gue udah di sebuah travel di Padang (Sumatera Barat). Diantar pasukan lengkap: nenek, tante-tante, adik sepupu, dan supir dari rumah kami di Matur. Kebetulan lagi mudik, bosan lebaran di Jakarta hahaha. Sebenarnya keluarga pengen ikut gue ke Kerinci, tapi sayang supirnya malas untuk mengantar dengan alibi jarak jauh dan jalanan yang terlalu terjal. Makanya, gue didrop di travel. Nama travelnya Kerinci, tujuan gue Sungai Penuh (Jambi). Ongkos Rp 130.000,-
Perjalanan super panjang dengan aneka pemandangan dan bentuk jalan. Perkebunan (kayu manis, tebu, sayur-mayur, dan teh), pertokoan oleh-oleh, pemukiman, beberapa danau, pegunungan dan hutannya. Jalan raya lurus, tikungan tajam, tanjakan, dan turunan dengan permukaan mulus hingga penuh lubang. Dari Padang melewati Solok Selatan, Muara Labuh, Padang Aro, Gunung Tujuh, Kayu Aro, dan Sikinjang untuk sampai di Sungai Penuh. Kalau menurut http://kerincikab.go.id/node/327, jalur yg gue lewati ini akses terpendek transportasi darat yaitu 249 km (Padang-Muara Labuh-Sungai Penuh).
Malam gue sampe Sungai Penuh, tepat di pemberhentian akhir travelnya. Cuma tinggal gue dan satu lagi penumpang karena penumpang lainnya sudah diantar ke tujuan masing-masing. Gue dijemput kak Igun, ketua Kerinci Birdwatching Club, dengan motornya dan langsung cuuuus menuju basecamp!
Dusun Malwan, lokasi tepatnya basecamp KBC. Sebagai tamu, gue diajak kak Igun melapor ke kepala dusun. Basecamp dan rumah kadus sejalan, segang, cuma letaknya basecamp di atas, nanjak sedikit lagi dari rumah pak kadus. Jelas keberadaan gue bisa dipantau kapanpun oleh kadus, aman dong. Di basecamp malam itu juga gue kenalan sama para anggota KBC. Ada Apel yang kocak dan mukanya sekilas mirip Caisar YKS hahahahaha, Yori yang badannya bongsor tapi ngaku masih SMA, Dedet dan uda Zae yang mantan pemburu dan penjual burung (alhamdulillah udah insyaf hahaha), bang Arif yang dipanggil boss, kak Yandra yang mantan pemanjat tebing, dan Roza perempuan yang selalu jadi bahan cengan tapi gak pernah marah. Makan ayam goreng masakan Yori dan kak Yandra, ngariung di saung sambil buat api unggun kecil, dan ngobrolin apa aja bikin suasana malam pegunungan itu hangat. A very nice welcome I got, terimakasih banyak KBC!
Besok siangnya, Sabtu (11/7) kami bersiap ke tujuan utama gue melipir ke provinsi Jambi ini: Taman Nasional Kerinci Seblat, wohooo! Gunung Kerinci menyambut kami di sore hari setelah ber-motor ria dan berjalan kaki menanjaki trek. Lucunya, trek itu keliatan mulus seakan mudah dijalani, tapi taunya gue tetep engap padahal cuma bawa ransel. Dengan baik hatinya, tim KBC mau memberi waktu istirahat kapanpun gue terlihat cemen (baca: kelelahan). Ransel gue pun dibawain pada akhirnya setelah gue menolak tawarannya di awal.
Oh, kami sempat bertemu beberapa bule dengan 1 guide pribuminya. Ternyata itu bang Raja (pengamat burung sekaligus birding guide di sumatera) dengan tamunya para birder yang sedang melakukan big year. Ada yang dari Inggris, Korea, Hawai, Meksiko dan Amerika Serikat. Kami sempat cuap-cuap sebentar mengakrabkan diri diakhiri dengan foto bersama. Setelah itu kami melanjutkan penanjakan, sedangkan mereka turun kembali menuju penginapannya.
![]() |
disambut Kerinci Birdwatching Club |
Besok siangnya, Sabtu (11/7) kami bersiap ke tujuan utama gue melipir ke provinsi Jambi ini: Taman Nasional Kerinci Seblat, wohooo! Gunung Kerinci menyambut kami di sore hari setelah ber-motor ria dan berjalan kaki menanjaki trek. Lucunya, trek itu keliatan mulus seakan mudah dijalani, tapi taunya gue tetep engap padahal cuma bawa ransel. Dengan baik hatinya, tim KBC mau memberi waktu istirahat kapanpun gue terlihat cemen (baca: kelelahan). Ransel gue pun dibawain pada akhirnya setelah gue menolak tawarannya di awal.
![]() |
trek Gunung Kerinci |
Oh, kami sempat bertemu beberapa bule dengan 1 guide pribuminya. Ternyata itu bang Raja (pengamat burung sekaligus birding guide di sumatera) dengan tamunya para birder yang sedang melakukan big year. Ada yang dari Inggris, Korea, Hawai, Meksiko dan Amerika Serikat. Kami sempat cuap-cuap sebentar mengakrabkan diri diakhiri dengan foto bersama. Setelah itu kami melanjutkan penanjakan, sedangkan mereka turun kembali menuju penginapannya.
the birders of Mt.Kerinci, para pengamat waktu itu |
Sampai di batu lumut, kak Igun memutuskan kami menenda di sini. Maghrib sudah menjelma menjadi malam, segera bergegas ke sungai mengambil wudhu. Sebelumnya kami sudah membatalkan puasa di trek saat dirasa waktu maghrib telah tiba. Dari tenda menuju sungai dalam gelap adalah trek terseram. Gue dengan mata gak normal yg bergantung pada kacamata terus berkali-kali minta kak Igun menunggu dan menunjukkan pijakan kaki yg benar dengan senternya. Trek menuju sungai itu kecil, satu orang aja yang muat, jadi gak bisa bersamaan. Sampai di sungai, batu-batuan besar menyambut. Musim kemarau, sungai itu kering kerontang memaksa kami turun menyusuri sungai. Kenapa disebut batu lumut? Kak Igun menyuruhku berhati-hati menginjakkan kaki di bebatuan di sana, batu-batu itu berlumut. Setelah wudhu aku menyadari sesuatu. Begitu gelap di depanku, senter tak menembus apa yang ada di situ. Tau jawaban apa yg ku dapat dari kak Igun? Itu jurang. Iya, cedokan air hujan yang tertampung di sungai itu, yang kami pakai untuk berwudhu, itulah batas akhir sungai sebelum menyambut jurang membentuk air terjun besar. Cuma karena ini musim kemarau, air terjunnya pensiun dulu. Gue deg-degan setengah mati, ngeri tergelincir di malam gelap itu.
![]() |
trek lainnya di Gunung Kerinci |
Abis sholat, kami memasak untuk makanan utama buka puasa malam itu dan sahur kami esoknya. Asal tahu aja, kami memasak sayur berupa dedaunan tumbuhan menjalar di ladang sepanjang jalan masuk hutan. Gue lupa itu apa. Selain daun itu, kami juga memunguti kentang sisa yang terserak di ladang-ladang yang sudah dipanen habis. Semoga itu bukan bearti nyolong hahahaha.
anggrek liar di Gunung Kerinci |
Malam di Gunung Kerinci, meski baru di 2000an mdpl sudah sangat terasa dingin. Lebih dingin dari Cibodas-Gunung Gede yg udah biasa tapi gue masih selalu kedinginan. Kehangatan malam kami dapatkan dari obrolan penuh canda sambil membuat api unggun kecil dari sampah di areal tenda. Hiburan, kak Igun merikues lagu dangdut ke radio yg ternyata sinyalnya sampai ke gunung ini. Kak Igun menceritakan ke penyiar bahwa kami berkemah di gunung kerinci dan ada gue sebagai pendatang dari Jakarta.
nenda di Gunung Kerinci |
Minggu (12/7), kami semua kesiangan. Jam setengah 6 gue baru bangun disusul Roza. Segera sholat subuh, tapi ya gak sempat sahur. Untuk pertama kalinya puasa di gunung dan tanpa sahur hahahaha. Jam 7 pagi kami beranjak memulai aktivitas yang menjadi tujuan kami ke gunung berpuncak 3805 mdpl itu, pengamatan burung. Eh kenangan lucu sih ini yg gak boleh gue lupa, gue eok di tengah hutan dengan gali lubang tutup lubang wkwkwk!
Sebenernya udah mules dari kemarennya, tapi karena di sungai gak ada air dan sebelum pendakian ada toilet tapi gak bisa digunakan ya gue tahan-tahanin. Ternyata minggu itu gak bisa ditahan lagi, mau eok di balik bebatuan sungai biar dekat cedokan air eh ada temen2 KBC yg cowok, kan gak lucu kalo keliatan. Akhirnya buru-buru misahin diri, gue naik lagi ke areal tenda karena mikir tenda udah kosong, menembus rerimbunan semak di depan tenda, gali tanah di situ. Was-was deh eok di hutan, gue ngeliat ada binatang yg seliweran sekelebat-sekelebat di deket gue. Kan ngeri entar tuh binatang nyaplok pantat gue. Parno pun datang waktu gue mau nutup lubang, ada baju yg ketimbun tanah. Gue was-was, ngeri itu mayat orang hahaha geblek. Abis nutup lubang dan cebok dengan semua persediaan genangan air di sungai yg gue kumpulin pake botol-botol minum kami dan cuci tangan pake sabun cair (tetep ya harus bersih meski di tengah hutan), gue cepet-cepet keluar dari semak karena ngedenger ada orang. Bener aja, ada Dedet di situ. Fyuuuh, untung udah kelar buang hajatnya.
![]() |
suasana hutan Gunung Kerinci |
Pengamatan burung hari Minggu itu lumayan bikin kami kewalahan, burung-burung liar yg cimit-cimit pada berbaur aneka jenis. Lincahnya mereka buat susah diamati dan dipotret. Kami mengamati sampe shelter 3 Gunung Kerinci, 2225 mdpl. Hasil pengamatan burungnya nanti di post berikutnya aja ya. Ini cerita udah kepanjangan, entar pada males lanjutin bacanya hahaha.
Di akhir pengamatan kami ketemu lagi sama rombongan bulenya bang Raja. Ada bule yg ngetes gue dengan foto jepretannya, gue disuruh nebak jenisnya. Ada dua foto, yg satu morfologinya jelas sempurhujan dan satu lagi kuau. Gue gak tau jenis spesifiknya karena gue belom pernah liat, tapi tebakan perkiraan gue bener kata si bule dan gue berhak dapet hadiah darinya. Bule itu nyuruh gue ngasih tangan gue, pas dia mau naro butiran bola coklat ke tangan gue, dengan sigap gue ambil lagi tangan gue hahaha bulenya kaget. Gue bilang gue puasa, oke dia ngerti. Ah foto kuau-nya bikin ngiler! Si bule muda yg nunjukin foto kuau dari bazoka-nya itu ngeledek becandain gue, manas-manasin buat dapetin juga tapi gak mau ngasih tau spotnya. Bang Raja ngasih tau gue, tapi ternyata emang hari itu kurang beruntung. Gue dan KBC gagal menemukan kuau.
![]() |
masih trek di Gunung Kerinci |
Siang kami membereskan tenda dan segala bawaan kami. Cuaca bakal hujan, kami harus segera turun. Ransel gue langsung diboyong kak Yandra. Entah kenapa di KBC ini gentlemen-nya kentel banget. Gue dan Roza jadi cewek yg dibiarin bawa badan aja. Gerimis menemani turunnya kami dari gunung megah yg patut disambangi lagi lain waktu.
Ah dasaran gue mata dan kuping burung-an, jalan gue dan kak Igun jadi melambat dan tertinggal oleh temen2 lainnya karena gue selalu berhenti tiap kepo sama burung yg lewat atau terdengar. Kak Igun gak ngebiarin gue sendirian. What a great leader banget ye kan!
Sampe di bawah, temen2 KBC nunggu kami di salah satu pos yg udah hancur di pintu hutan. Membunuh bosan, lagi-lagi mereka main bakar2an di sana. Maafin ya, Eci-nya lama pisan. Kami lanjut turun melewati ladang sembari terus bercanda. Di ujung jalan, kami berpisah. Gue, Roza, Yori, dan Erial alias Andi disuruh nunggu sembari kak Igun, kak Yandra, Dedet, dan uda Zae ambil motor.
bunglon di Gunung Kerinci |
Di tempat nunggu, hujan deras mengguyur. Lama dan super dingin, tanpa perbekalan karena ransel di kak Yandra, gue dan Roza cuma berbuka puasa dengan permen karet kembalian jajan gue sebelum naik Kerinci. Ada sedikit air minum dari sungai yg nyisa di botolnya Erial. Sebenernya di tempat kami berteduh, rumah kosong, ada bak airnya. Sayang bak itu ada bangkai tikusnya kalau gak salah ingat, makanya kami urung mengambilnya. Selain kami ada 2 mas-mas yg berteduh. Sialnya mereka terus-terusan merokok dengan asap mengebul. Yori sibuk membuatkan kami api unggun dengan dibantu Erial mematah-matahkan kayu yg bisa ditemukan di sekitar rumah kosong itu. Bahan bakarnya memanfaatkan bensin dari motor si mas-mas perokok itu. Salah satu mas itu sempat bodoh, membuat botol bensin terbakar begitu saja tanpa membakar kayu dan sempat membuat api sangat besar. Bukannya hangat malah panas dan was-was kebakaran. Untung ada Yori yg lihai mengendalikan keadaan.
perjalanan ke Gunung Kerinci |
Selesai makan kami ke rumah nenek kak Igun. numpang mandi, ganti baju, dan sholat sekalian ambil barang dan nunggu hujan redaan. Dari situ, gue sempet dimandatin bawa motor matic ngebonceng Roza karena satu motor lagi harus diambil di tempat lain oleh kak Yandra. Bawa motor di malam hari, jalan super panjang berliku di daerah pemukiman yg sepi, minim penerangan, banyak lubang, dan masih gerimis buat gue gak fokus nyetirnya. Kata Roza gue beberapa kali ngelindes kodok, maaf ya dok.
Sungai Penuh, nama kota tempat basecamp KBC kalo kalian lupa, menyambut kami tengah malam. Abis nganter Roza ke rumahnya, baru kami ke basecamp. Lelah, semua tepar begitu aja di ruang utama basecamp sampe besok paginya. Gue pun gak tidur di kamar, tapi bareng para cowok KBC itu, tapi di sleeping bag masing2. Enggak deng, gue dipinjemin sleepingbagnya hahaha.
Senin pagi buta, cuma gue dan Erial yg bangun dan sahur. Disusul Yori akhirnya, yg lain tetep terkapar. Abis sholat subuh, tidur lagi. Bangun lagi, gue beberes dapur KBC sebagai rasa terima kasih. Terus si Yori pamit pulang ke rumahnya sekalian cariin gue travel buat balik ke Bukittinggi.
![]() |
yg terkapar di basecamp Kerinci Birdwatching Club |
Kelar beberes gue balik ke ruang utama lagi, yg lain mulai bangun. Tetau-nya gue ketiduran lagi hahaha. Bangun karena disuruh pindah posisi sama kak Yandra, biar enak tidurnya. Sore diajak kak Igun pengamatan burung air di spot KBC biasa pengamatan, lupa gue namanya. Di pinggir jalan gitu, di jembatan dengan sisi kanan-kirinya sawah. Tengah perjalanan kesana, mendadak hujan dan konvoi motor kami terpisah. Tinggal gue berdua kak Igun yg tetep sampe ke lokasi. Hujan menemani kami memotret belibis dan mandar batu yg begitu banyak jumlahnya di sana.
Menjelang maghrib, kami beli lauk pauk untuk buka puasa di basecamp. Kak Igun disibukkan menerima telpon dari nenek gue, hahaha iya nekdo nanyain gue yg gak angkat telpon karena gak denger hp bunyi. Masih hujan, kami menembus derasnya, pulang ke basecamp. Yori ngabarin, gue bakal dijemput travel jam 7 malam. Psst, travelnya lebih murah loh! Padahal sampe Bukittinggi, yg notabene-nya lebih jauh dari Padang. Keuntungan buat gue, trayek travel pulang ini lebih deket ke rumah gue di Matur.
Turun travel sebelom pulnya. Gue minta turun di simpang Padang Panjang sesuai arahan nekdo. Dari situ naik angkot arah Danau Maninjau atau yg arah Puncak Lawang. Landmark Matur yaitu Masjid Raya Matur dan Balai Adat di tikungan lapangan luas jadi patokan buat gue turun. Sayang, gue ketiduran huahahaha jadi kelewatan nyaris sampe Puncak Lawang! Akhirnya berhenti di pasar Lawang dan naik ojeg pulang sampe rumah. Ongkos travel cuma 110ribu kalo gak salah, angkotnya 12ribu, dan ojeg 10ribu. Travel sempat berhenti untuk makan sahur di warung makan, menu nasi dengan telur rebus balado dan 1 sayap ayam balado dihargai 24ribu kalo gak salah. Total pengeluaran pulang Rp 156.000,- sampe rumah di Sumatera Barat.
Siamang Sumatra di habitat alaminya, Gunung Kerinci |
Wis, kisah traveling gue kelar. Baru pertama kali menginjakkan kaki di tanah Jambi yg ternyata bahasanya campuran bahasa Minang, bahasa Jambi, dan bahasa Jawa. Waktu menginapnya singkat, 4 hari 3 malam tapi memorinya segudang! Bakal kangen deh sama enaknya tumis kerang-kerang kecil yg katanya dari sungai itu, bakal kangen sama perenjak rawa yg berisik tanpa malu di semak belakang basecamp KBC - bisa diamati dari jendela loh! Bakal kangen juga sama keramahtamahan temen2 KBC dan keluarga pak kepala dusun malwan, terutama sama bocah perempuan kecil menggemaskan anaknya pak kadus. Oh dan masih kepengen ke Gunung Kerinci lagi, belom puas pengamatan burungnya, burung kuau-nya masih buat penasaran! Ya pastinya bakal kangen juga dengerin orkestra musik alami dari para siamang.
Alhamdulillahirabbilalaamiin atas rejeki dan kesempatan yg Allah kasih, nekdo izinin, dan temen2 KBC bantu realisasikan, terima kasih banyak! Kerinci, I am in love and see you later <3
waktu baru sampe pintu hutan Gunung Kerinci |
No comments:
Post a Comment