Berawal dari undangan adik-adik Biologi UNJ angkatan 2012
untuk menjadi mentor di fieldtrip
Biologi Konservasi mereka, Kamis (15/05/14) saya kembali untuk kedua kalinya ke
Bodogol. Dulu, saya kesana pertama kalinya karena diminta menjadi guide untuk adik-adik SMA Mahatma
Gading. Tahun 2011 dan kini 2014 saya kembali memasuki Taman Nasional Gunung
Gede-Pangrango (TNGGP) melalui belahan lain ini, Bodogol – tidak melulu
Cibodas. Dulu dan sekarang sama, saya mendampingi kelompok Aves. Bidang yang
memang saya gemari untuk bergelut dan mereka mempercayakannya.
Kamis sore tiba disambut kabut, disusul hujan. Tak sempat survey jalur Canopy Trail – Afrika yang kami rencanakan untuk transect count kami dalam penelitian
hubungan antara keanekaragaman burung dengan vegetasi. Jumat (16/05) jam 7 pagi
kami sudah standby di Canopy Trail, mengamati segala
kemungkinan suara dan mencari sosok burung dalam tiap gerakan dedaunan. Kami
tidak diam, kami menyusuri track yang
tak terlalu mulus sampai ke jalur Afrika.
Sayangnya, hasil tak memuaskan. Sangat minim burung yang kami jumpai. Sekitar
jam 10 pagi, tracking berakhir.
Menunggu jam pengamatan sore, saya iseng sendiri ke gerbang Pusat Pendidikan
Konservasi Alam Bodogol (PPKAB) hingga berlanjut ke jalur Cipadaranten, berdiam di tower. Dari pengamatan iseng itu, ada yang
menarik perhatian saya. Pohon tinggi agak bercak putih pada batangnya,
bercabang-cabang, berbuah oval warna kuning-merah-biru kehitaman seperti buah
jamblang. Baik di gerbang maupun di tower, pohon itu menjadi sumber bunyi “crip-crip”
para burung hutan. Akhirnya saya menawarkan pada kelompok yang saya bimbing
untuk mengubah penelitian kami dan mereka setuju.
Jadilah kami mengumpulkan data Pemanfaatan Pohon Afrika (Maesopsis
eminii) oleh Burung-burung di PPKAB. Iya, ternyata pohon yang saya
bilang berbuah mirip jamblang itu adalah pohon Afrika (M. eminii). Mang Budi, jagawana yang mendampingi kami yang memberi
tahu. Katanya, pohon Afrika ini adalah
pohon produksi – artinya kayunya bernilai ekonomi. Dituturkan Mang Budi,
dulunya Bodogol milik Perhutani. Namun TNGGP memperluas kawasannya hingga ke
Bodogol ini. Maka tak heran banyak pohon Afrika (M. eminii). Menurut (Binngeli, 2002) pohon tersebut merupakan
komoditi penghasil kayu (timber).
Pohon Afrika (Maesopsis
eminii) adalah tanaman alien (Tropical Biology Association, 2006). Bukan
aseli Indonesia. Sebenarnya tanaman famili Rhamnaceae ini berasal dari Afrika
Barat dan Tengah. Karena kayunya dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan dan
pertumbuhannya yang cepat, maka pohon Afrika (M. eminii) ini diintroduksi ke Indonesia. Pohon ini banyak diserang
hama serangga dan penyerbukannya pun dapat dibantu oleh serangga. Selain
serangga, burung juga membantu penyerbukannya. Jadi, pohon ini dapat menjadi
lahan pencarian makan bagi burung insectivore
dan sumber pakan bagi burung-burung nectarivore
juga frugivore. Indonesia merupakan
negara terkaya keempat di dunia untuk spesies burungnya. Di kawasan TNGGP saja
tercatat ada 262 spesies burung (Ario, 2010). Dengan adanya pohon Afrika (M. eminii) di kawasan TNGGP, maka kami
ingin mengetahui pemanfaatannya oleh burung-burung di sana, khususnya burung-burung
di PPKAB.
Metode penelitian kami tetap deskriptif, hanya saja kami
mengubah teknik kami menjadi point count
(EAIO, 2004). Dengan teknik ini, kami mengamati di dua titik pengamatan yakni
gerbang PPKAB dan tower Cipadaranten pada Jumat dan Sabtu, 16 dan 17 Mei 2014.
Di masing-masing titik pengamatan menghabiskan waktu selama tiga jam.
Pengamatan pagi (hanya pada Sabtu, 06.00 - 10.00 WIB) di gerbang dan pengamatan
sore (14.30 - 17.30 WIB) di tower. Alat
dan bahan yang kami gunakan dalam penelitian ini ialah kamera (Canon SX50HS,
Fujifilm Finepix, dan Nikon L200); binokuler (Bushnell); buku panduan lapangan
Burung-burung di Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Bali; dan alat tulis. Kami
mencatat nama spesies burung yang terlihat dan aktivitasnya di pohon Afrika (Maesopsis eminii).
Berdasarkan hasil pengamatan, ada 16 spesies burung dalam 11
famili yang terlihat di pohon Afrika (Maesopsis
eminii). Berikut ini tabel hasil pengamatan kami:
Tabel 1. Burung-Burung Pengguna Pohon Afrika
Tabel 1. Burung-Burung Pengguna Pohon Afrika
Berikut ini hasil dokumentasi yang kami dapat, walau hanya
recordshoot akibat keterbatasan kamera dengan jarak ke burung dan gerakan
burung yang begitu lincah:
Berdasarkan tabel hasil pengamatan tersebut, terlihat bahwa
ada tiga spesies burung yang memanfaatkan langsung pohon Afrika (Maesopsis eminii). Ketiga spesies itu
adalah Sepah Kecil (Pericrocotus
cinnamomeus), Cabai Bunga-Api (Dicaeum
trigonostigma), dan Kacamata Biasa (Zosterops
palpebrosus). Sepah Kecil (P.
cinnamomeus) dan Kacamata Biasa (Z.
palpebrosus) sama-sama memakan serangga (insectivore), sedangkan Cabai Bunga-Api (D. trigonostigma) memakan buah (frugivore)
pohon Afrika (M. eminii). Diduga
Kacamata Laut (Z. chloris) sama
seperti kerabat dekatnya (Z. palpebrosus),
yakni memakan serangga yang ada pada pohon Afrika (M. eminii). Namun, kami kurang beruntung untuk menyaksikannya
secara langsung. Selain itu, diduga juga Burung-Madu Jawa (Aethopyga mystacalis) memakan nektar (nectarivore) karena kami
melihatnya di antara buah-buahan pohon Afrika (M. eminii), mungkin ada juga bunganya. Mungkin demikian juga pada
Burung-Madu Sriganti dan Burung-Madu Belukar. Burung-burung lain hanya teramati
sekedar bertengger, lompat kesana-kemari di antara dahan pohon Afrika (M. eminii).
Dilihat dari penelitian sederhana ini, maka
dapat disimpulkan bahwa burung-burung lokal yang ada di PPKAB tetap
berinteraksi dengan pohon Afrika (Maesopsis
eminii). Meskipun M. eminii adalah
pohon alien, tetapi 16 spesies burung hutan dari 11 famili tetap
memanfaatkannya, baik secara langsung maupun tidak. Pemanfaatan langsung M. eminii oleh burung-burung tersebut
ialah sebagai sumber pakan berupa serangga, nektar, dan buah. Pemanfaatan tidak
langsungnya adalah M. eminii sebagai
pohon tengger.
Terimakasih
untuk Mang Budi, Mang Suhay, dan Mang Tole yang sudah menjaga dan mendampingi kelompok
Aves, see ya next time! ;)
Desi
Ayu Triana*, Hafidza Istianah, Himatul Kholisa, Rani Wulan Suci, Wahyu Emma
Puji Lestari
Jurusan
Biologi, Universitas Negeri Jakarta
No comments:
Post a Comment