Pages

Wednesday, June 4, 2014

Bodogol Birding trip #2: Sarang, Telur & Bayi Burung!

Masih tentang pengalaman nge-Bodogol kedua kalinya sebuan lalu (15-18 Mei 2014). Kalau banyak yg bilang tak ada kesempatan kedua, beruntungnya aku kali ini Tuhan bilang "ini kesempatanmu Ci" hehe. Pertama menyambangi Bodogol di tahun 2011 dan tak dapat banyak menangkap keberadaan burung, kolaborasi sangat minim pengalaman dan guyuran hujan. Hanya ingat elang hitam yg ku lihat setelah hujan reda, masih dengan kamera saku merah kesayangan yang cuma mampu 5x zoom. Namun di kali kedua ini, senjataku alhamdulillah sudah naik kelas, meski masih kamera saku, prosumer ku bisa nge-zoom 50x. Cukup dokumentasi sebagai seorang pengamat burung, alias birder, alias lagi birdwatcher hehe :)

Untuk posting kedua ini, fokus kepada jejak-jejak. Bukan wujud burung yang mudah diidentifikasi, melainkan mula-mula kemunculan burung-burung cantik di hutan. Bukan juga proses breeding dari kawinnya jantan dan betina, tapi setelahnya: bersarang, bertelur, dan bayi burung. Sangat merasa beruntung menyaksikannya sendiri secara langsung, mimpi sederhana saya yang menjadi nyata. Terimakasih kepada dosen saya (Pak Hanum) yang mengajak blusukan ke TKP bayi burung, teman sejawat (Hafidza alias Pijeh) yang mengajak berspekulasi tentang sarang temuannya, dan teman baru dari kampus tetangga yang menyadari darah minang saya dari sebelum berkenalan (uda Mamet) karena sudah memberi info lokasi temuan sarang berisi telur. Syukur tentunya karena Allah meridhoi mimpi yang mungkin mimpi bodoh bagi orang lain :)


Ini sarang berbentuk mangkuk sederhana. Bibir sarang yang tebal dan cekungan ke dalam dengan alas sarang yang lebih tipis dibandingkan dengan bibir sarang. Ukurannya kecil, tak berbeda jauh dengan ukuran ibu jari tangan saya. Jerami dari daun Pinus sp. atau rumput kering dan helaian ijuk dianyam rapih, dengan sedikit aksen lumut. Tak ada bulu yang tertinggal, tanpa ada telur atau pecahan cangkangnya, juga tanpa burung pemilik rumah mungil ini. Namun dari ukurannya yang kecil, saya menduga ini sarang dari burung kacamata (Zosterops sp.) 



Alasan saya menduga ini sarang burung kacamata karena di sekitar penemuan sarang jatuh ini adalah spot saya melihat banyak burung kacamata biasa (Z. palpebrosus) dan kacamata laut (Z. chloris). Dugaan saya ini belum dapat dipertanggungjawabkan hehe namanya juga menduga-duga. Maklum, saya masih sangat awam tentang sarang-menyarang burung dan saya tak punya buku panduan lapangannya. Mungkin readers ada yang tau siapakah gerangan burung kecil yang apik membuat sarang mungil sederhana nan cantik ini? Saya sangat menanti informasi dari kalian :)


Selanjutnya pemandangan manis yang terlewatkan detailnya oleh saya. Kamera saya yang sekaligus berfungsi sebagai binokuler ternyata digunakan oleh dosen saya. Tapi tak apa, toh beliau sudah mendokumentasikannya di kamera saya, jadi saya dapat melihatnya jelas. Sarang yang melekat pada permukaan bawah vena-nya pinna paku berperawakan pohon Cyathea sp. Terlihat, susunan sarangnya berantakan. Namun untuk detail kurang jelas karena keterbatasan jarak jangkauan kamera, pohon Cyathea sp-nya berada di jurang. Beruntungnya terdokumentasikan pemilik sarang rawan bahaya itu, yang anaknya pasti wassalam kalau terjatuh di jurang: burung madu belukar (Anthreptes singalensis). Sepasang bergantian, bolak-balik sarang dengan memasukkan kepala mereka ke dalam mulut sarang. Baik jantan dan betina dari leher hingga sedikit mencapai dada berbulu orange terang. Bulu di pungggung yang menarik adalah pejantan: hijau metalik bahkan dari kepala. Induk pejantan dan betina ini tetap waspada pada kami tiap menyambangi sarang mereka. Bergelantungan di pintu sarang, sesekali melongok ke dalam sarang. Gerakannya seperti sedang memberi makan bayi di dalam sarang, tetapi tak terlihat wujud sang bayi karena jauh. 

Selanjutmya, dosen saya mengompori ketakjuban saya akan sarang. Katanya, beliau melihat bayi burung! Aaaak tentu saya iri setengah mati dan meminta beliau memberitahukan TKP sarang yang dimaksud! (>-<" Namun beliau baru akhirnya mengajak saya ke TKP di hari terakhir kami di Bodogol. Tepat sebelum sarapan, setelah packing pulang, masih sekitar jam enam pagi. Beliau sibuk mencari pinjaman sepatu boots, sedangkan saya dengan santainya hanya menggunakan sendal gunung. Saya juga mengajak Najib dan Hafi yang ternyata juga tak ber-boots. Berlari-lari kami masuk ke track hutan, tau-tau pak dosen membelot keluar jalur. Turun menerobos semak belukar yang sangat mungkin ada ular, katanya ini alasan kami seharusnya menggunakan sepatu boots. Ya, anggap saja kami mahasiswa bandel hahaha alhamdulillah yg dikhawatirkan tidak terjadi! Hanya sedikit dikerubungi semut muka dan badan saya saat merangkak di bawah batang pohon mati yg tumbang dan melapuk. Sesekali terpeleset karena bidang yg miring. Semua perjuangan terbalas saat kami berhasil mendekat dan melihat sangat jelas target kami: SARANG + BAYI BURUNG DI DALAMNYA! :D

Ini gumpalan coklat muda semacam jerami dari daun Pinus sp. kering. Posisinya di balik semak rumput daSelaginella sp. 



Didekati, yang terlihat dari atas hanya ini. Sarang yang seperti berpintu di atas. Namun ada yg aneh, kan harusnya ada bayi burung di situ. Kemana para bayinya? Apa dosen saya salah menunjuk sarang?


Kemudian dosen mengajak mendekati lagi si sarang dari arah lain. Benar saja, lihat ini! Tampak dari depannya, sarang itu berpintu di samping dan yak, ada bayi! Waaaaak lucu (>-<"


Saya mendekat lagi, jauh lebih dekat dengan hati-hati. Karena pijakan yg licin dan sarang yg tampak rapuh, saya amat takut bila koordinasi tubuh saya mengacau, itu sarang beserta bayinya akan jatuh! Untunglah tidak terjadi. Lihat, bayi itu berjumplah dua ekor. Hanya satu ekor yang menghadap pintu, satu lagi membelakangi dengan kepala yg mungkin tertimpa saudaranya. Saya tidak tahu ini spesies burung apa? Kalo menduga-duga, aku pikir mungkin Burung-Madu Belukar (Anthreptes singalensis). Alasannya, lokasi sarang ini di semak belukar hahaha. Selain itu, sarang ini tidak rapih. Terlihat sarang berantakan dan berpintu samping sama halnya dengan sarang yg kami lihat menempel pada Cyathea sp. Hemm tetapi bentuk paruh bayi burung ini terlihat lebar, bukankah seharusnya burung-madu panjang, ramping, dan melengkung? Mungkin cuma perasaan terlihat lebar atau mungkin karena memang bayi burung-madu tak langsung berparuh lengkung. Bagi yg tahu, tolong informasinya yaa readers :) 


Setelah puas melihat dan mendokumentasikan bayi burung itu, kami segera kembali ke camp. Hehe takut juga kalo ditiinggal pulang oleh rombongan. Di camp, kami sarapan karena ternyata belum semua rombongan turun menuju tronton di pintu hutan. Habis sarapan, kami berbaur dengan rombongan menuruni kawasan PPKAB melalui kalur Rasamala. Saya ingat kata Uda Mamet, di jalur utama ini, persis di pinggir jalan ada sarang berisi telur yang sangat mudah terlihat oleh pengamat burung yg lewat. Saya bertelad menemukannya! Sepanjang jalur saya memasang pandang saya ke sisi jalan yg disebut Uda Mamet tanpa spesifikasinya. Lama sekali perjalanan slow motion saya, bahkan sampai hampir sampai pintu hutan, tak juga terlihat sarang itu. Baru saja saya mau menyerah, tetiba selangkah di depan saya, saya lihat ini. Daun dan tangkai herba pinggir jalan itu menggerombol dengan pusatnya sesuatu agak bulat berwarna coklat jerami. Terkesan mustahil sarang ini berisi telur mengingat lokasi ini persis pinggir jalan utama dan hanya sedikit sekali lebih tinggi dari pandangan mata saya. 


Namun ya saya masih berharap. Saya dekati lagi dan perlahan agak turunkan tangkai herba yg besar. Sarang ini melekat pada tangkai dan daun herba menggunakan seperti gumpalan lem berwarna kuning. Daun-daun di dasar sarang tersebut terlipat seolah memperkuat alas sarang.


Didekati lagi, sarang ini berpintu samping. Gumpalan lem kuningnya tak begitu banyak, hanya di beberapa titik. Lem itu seperi tumpukan sarang laba-laba hahahaha tapi mungkin liur induknya yg mengering. Jerami dari daun Pinus sp. kering dengan beberapa helai ijuk berwarna hitam tersusun berantakan membentuk sarang ini.

Sangat menakjubkan saat ternyata H2C (harap-harap cemas) saya menjadi nyata: ADA TELUR DI DALAM SARANG! Telur kecil berbentuk lonjong, berwarna dasar putih dengan bercak-bercak coklat muda pucat yg tersebar tidak merata. Jumlah telurnya dua butir.


Diamati lagi, dasar sarang terlihat tidak padat. Justru agak tipis anyaman bahan sarang yg menjadi alasnya. Tak ada tanda-tanda keberadaan induk burung pemilik telur ini di sekitarnya. Bahkan tak ada suara burung di jalur ini. Saya kesulitan menebak telur ini, tetapi baru saja kemarin (12/6) saya melihat foto sarang berisi telur yg dipost oleh salah satu pegiat wildlife photography di grup BWP. Fotografer itu sekaligus pengamat burung, begitu dugaan saya. Dia detail memberi info sarang yg difotonya. Katanya fotonya itu sarang burung Kacamata Wallacea (Zosterops wallacei). Terlihat oleh saya, fotonya itu tak berbeda jauh dengan foto saya berikut ini:

Telurnya berbercak coklat muda dengan warna dasar telur yg putih dan berbentuk lonjong. Sarang yg difoto oleh pengamat itupun berlemkan gumpalan yg saya duga liur kering induk burung. Bedanya, lem di sarang foto pengamat itu berwarna putih, yg saya foto kuning. Tipe lokasi temuan sarangnya pun sama, di pinggir jalan. Jadi saya pun mengarah untuk menebak sarang dan telur yg saya foto ini adalah milik burung Kacamata  (Zosterops sp.), cuma ya tak mungkin wallacei. Wallacea adalah kawasan Indonesia Tengah, sedangkan PPKAB TNGGP adanya di Jawa Barat, Indonesia bagian barat. Lagipula burung Kacamata yg saya lihat selama 15-18 Mei 2014 di Bodogol itu cuma Kacamata Biasa  (Z. palpebrosus) dan Kacamata Laut  (Z. chloris). Mungkin readers ada yg tahu persis ini telur burung apa? Beritahu saya ya, terimakasih banyak! :)

No comments:

Post a Comment