Pages

Thursday, April 7, 2016

INDONESIA BIRDING PHOTOGRAPHY?

Indonesia Birding Photography crew in Tanjung Pasir
Aloha! Gue mau cerita tentang orang-orang aneh yg memenuhi notifikasi facebook gue belakangan ini. Bukan, mereka bukan pengamat burung yang berlatar belakang mahasiswa/i Biologi, Kehutanan, maupun Kedokteran Hewan kayak yang sudah ada banyak di kalangan kami - para pengabdi (pengamat burung Indonesia). Ya, mereka ini benar-benar orang aneh! Latar belakang mereka terdengar ajaib, antara lain kementerian keuangan, kedokteran, periklanan, bahkan ada yang tanpa sungkan mengakui dirinya sebagai penjual tahu di pasar. Terus apa sih yg menyatukan orang-orang berlatar belakang jomplang ini? Birding photography, pengamatan burung liar dan mengabadikan momen burung-burung itu dalam lensa.

Memotret hidupan liar, mengabadikan momen tumbuhan dan atau hewan liar di alamnya tanpa manipulasi, tanpa mengganggu si objek foto dan habitatnya, tanpa mengutak-atiknya demi mendapat setting yg ajib, tapi justru menikmati keaslian khas liar yg tak terduga dari si objek beserta cuaca dan kondisi sekitarnya, ditambah usaha pencarian angle agar hasil ciamik maka itulah yg kami sebut wildlife photography. Lebih khusus ketika kami menjadikan burung liar sebagai objek, kami persempit dengan istilah birding photography. Tidak ada memindah-mindahkan sarang, tidak ada memangkas ranting penghalang, tidak ada pembersihan spot hanya untuk kesenangan kamera leluasa memotret, tetapi justru hanya untuk kesenangan si burung leluasa berperilaku. Lensa kamera kami hanya mengikuti. Keberuntungan pun jadi bisikan harapan kami para tukang foto ini.

Nah, belum lama ini, gue baru dimasukkan ke dalam grup baru di facebook. Sebenarnya ini grup lama yg dulu gue pernah ada di dalamnya, tapi akhirnya gue keluar. Dulu namanya ELONER, isinya foto-foto burung dan didominasi elang. Hal yg buat gue mengeluarkan diri dari grup itu adalah, ternyata grup itu banyak foto settingan dan banyak para pemelihara elang alias falconer. Capek dengan para falconer yg bebal, susah diluruskan niat "konservasi" elangnya, yg masih mengutamakan ego-nya untuk terlihat "wah" dengan peliharaan sangarnya ala-ala orang di luar negeri, maka gue cabut dari grup itu. Tau-taunya, gue punya temen baru lagi di facebook.

me, maskris & kang herman
Sebelum gue approve jadi temen, gue liat itu orang mutual friendsnya sesama wildlife photographer barulah gue terima. Kebiasaan gue, gak suka SKSD (sok kenal sok dekat) jadi gue gak pernah chat duluan atau kepoin dia lebih jauh. Kebiasaan gue yg lain, gue selalu berisik di facebook. Takdir kali ya, pas suatu ketika gue ngeshare berita tentang almamater SMA gue, si teman baru ini komen. Ternyata, dia juga alumni SMA Negeri 78 Jakarta. Namanya Kristiadi Nugroho, gue panggil maskris karena meski pasti tua banget angkatannya di atas gue (hahahaha) dia gak mau dipanggil om. Uclug-uclug, maskris inilah intens komunikasi sama gue dan cerita tentang grup ELONER yg lagi gunjang-ganjing. Maskris anggotanya, tapi maskris di pihak pro-wildlife meskipun latar belakangnya adalah pegawai kementerian keuangan. Obrol punya obrol, maskris ini dan kawan-kawannya yg pro wildlife juga akhirnya memutuskan buat grup baru. Taraaaaaa, namanya IBP (Indonesia Birding Photography)! Gue dimasukkan ke dalam grup orang-orang aneh ini dengan alibi karena gue tulen mahasiswi berlatar belakang waras, yakni Biologi yg sesuai objek foto mereka - burung. Mereka merasa gue bisa membantu mereka dalam identifikasi jenis burung-burung liar yg mereka foto hahahaha da aku mah apa atuh? Masih cetek ilmunya, tapi kalo buat sama-sama belajar yo aku sih manggut wae.

Indonesia Birding Photography crew in Pulau Rambut
Sudah terbentuk grup Indonesia Birding Photography di muka buku bersampul biru dengan logo f itu, maka dijadwalkanlah hunting foto bareng. Ditentukanlah Pulau Rambut sebagai tujuan birding sehari di Minggu, 21 Februari 2016. Maskris ngajak gue dan karena rumahnya kebetulan juga searah sama rumah gue, jadilah gue diantar jemput hehehe plus diakomodasiin semuanya. Di mobil maskris Minggu subuh itu ada dua wanita dewasa (ibu-ibu, hihihi) dan satu sepantaran gue. Kenalan, ternyata mereka Teh Siti, Teh Ucu, dan Pipit. Jadi kami ber-5 meluncur dari Meruya sebelum matahari beneran terbit menuju Tanjung Pasir, akses terdekat ke Pulau Rambut. Sesampainya di Tanjung Pasir, ternyata sudah ramai orang-orang aneh lainnya dengan perlengkapan perang mereka masing-masing. Ada dokter Ong dengan topi orang jepangnya dan asistennya sebagai porter membawakan kamera dan segala tetek bengeknya. Ada om Didik yg setia membawa istrinya dalam perjalanan aneh ini. Juga ada om Eko, om Puji, kang Herman, bli Ketut, mas Daniel, mas Anam, mas Apris, mas Muiz, mas Ari, dan uda Bungdor. Segitu doang yg gue inget namanya hahaha masih ada lagi yg lupa, mohon dimaafkan.

when I find the way out after getting lost in mangrove forest
(photo by:  kang Herman)

Awalnya kita masih sama-sama cuek, eh atau cuma gue ya? Hahaha sampe di Pulau Rambut teh kita asyik mencar-mencar sendiri, cari objek. Bahkan gue sempet nyasar dan saking hopeless-nya gak menemukan jalan balik di antara pohon-pohon mangrove dan hamparan lumpur bercampur eek burung-burung air, gue memutari pulau! Mengikuti jejak aliran air, membawa gue keluar dari hutan mangrove ke lagoon. Menerjang lagoon, gak peduli celana gue udeh basah banget, ditambah manjat-manjat pemecah ombak yg sudah mulai hancur dengan paku-paku mencuatnya, dan akhirnya gue berjalan di pasir putih bertebar tumpukan sampah yg sudah pemandangan khas di pulau suragnya burung ini. Info aja sih, sampah itu bukan dari Pulau Rambut karena pulau ini cuma dihuni burung dan hewan lainnya tanpa manusia. Sampah itu dari Jakarta dan sekitarnya yg terbawa arus ombak dan terdamparkan di Pulau Rambut. Sayang sekali, ya. Nah sampai akhirnya suasana mencair setelah semua sudah puas dan lelah memotret burung-burung liar menawan, bersiap pulang. Saling bahu-membahu lagi membantu teman-teman beserta kamera dan perlengkapannya naik satu per satu ke dua kapal yg kami sewa. Minggu malam kami baru benar-benar bubar jalan karena sore sepulang dari pulau kami makan bersama terlebih dahulu dan dilanjutkan mengantarkan bli Ketut ke bandara untuk pulang ke pulau dewatanya.

I am focusing my lens for a female of olive-backed sunbird
(photo by: mas Ari)
Facebook langsung ramai, hahahaha. Foto-foto bertebaran di newsfeed. Bukan cuma foto burung, tapi foto-foto snapshot gue pun banyak yg ternyata diabadikan oleh teman-teman IBP. Ada gue yg tidur, gue yg lagi serius motret, sampe gue yg engap menemukan jalan kembali pasca nyasar. But, honestly I love the snapshots so much! Thanks a bunch kang Herman, mas Ari, mas Anam buat jepretan kecenya walaupun aku gak sadar difoto hehehe :D

Psst, the story of birds in Pulau Rambut gonna be shared on my next post. Thanks for reading! Maaf ya, ceritanya ala-ala curhat hahahaha. Foto-foto burung hasil motret di Pulau Rambut dan cerita burungnya di postingan berikutnya. Hihihihi semoga berkenan menunggu ;)

No comments:

Post a Comment