Pages

Tuesday, August 25, 2015

UNJ & UI: mimpi, pendidikan, dan usaha!

dekat FMIPA UNJ ganteng ya hihihi
Hai! Sudah lama sekali yaa tidak berceloteh ini itu di e-diary ini. Banyak janji menuliskan cerita satu ke dua, tiga cerita lainnya, tapi belum juga terealisasikan. Maafkan. Oh iya, alhamdulillah aku sudah lulus S1 Biologi Universitas Negeri Jakarta loh! Aku resmi menyandang gelar Desi Ayu Triana, S.Pd yang disaksikan rektorat beserta seluruh tamu undangan wisuda semester 101 di JIExpo Kemayoran pada 24 Maret 2015 lalu. Syukur tak terkira pada Allah dan terimakasih tak berbatas untuk nekdo, mama, keluarga, para dosen (terutama babeh Paskal Sukandar, M.Si dan bu Dr. Diana Vivanti S., M.Si), juga para sahabat yang terus menyemangati selama 1 tahun 3 bulan pengerjaan skripsiku. Penantian yang begitu panjang akhirnya selesai. Meskipun meleset dari targetku, kelulusan yang molor jadi 4.5 tahun dan IPK akhir yang kurang 0.2 dari dugaan, yaa aku tetap bersyukur. Setidaknya lulus, kan? Setidaknya IPK masih di atas 3, kan? Ingat "maka nikmat Tuhanmu yg manakah yang kamu dustakan?" dari surat Ar-Rahmaan (55) jadilah berhenti menangis, bersyukur dan ikhlaskanlah! Sampai sekarang aku masih mencobanya :')

Kelulusan ini, angka yang merujuk IPK ini, dan gelar ini bukan semata-mata untuk gengsiku. Ya, dari awal ini untuk dendamku. Buruk memang, aku mendendam, tapi aku mengakali dendam itu sebagai motivasi, tidak mengapa kan? Aku tidak menyakiti mereka yang meremehkan orangtuaku secara fisik, tapi aku melakukannya dengan ciamik menggunakan prestasi. Semoga dengan begini, derajat dan martabat mamaku terangkat dan tak lagi dipandang sebelah mata oleh mereka. Juga aku ingin jadi panutan bagi adik-adikku. Aku ingin mereka mengejar mimpinya dengan bersekolah, terus enyam pendidikan bagaimana pun keadaan kami. Kalau harta tak kami kantongi, yang penting otak kami berisi dan semoga bisa menjadi ilmu yang bermanfaat kelak. Amal jariyah yang tak putus hingga tak bernyawa. Aamiin allahumma aamiin yaa allahu 'aliim! :)

mama, aku, nekdo
Setelah lulus apa yang ku lakukan untuk mimpi-mimpiku yang masih segudang? Berkutat di depan laptop, bukan lagi urusan revisi skripsi hahahaha, berselancar di mesin segala tau bernama google itu. Mencari segala informasi yang ku butuhkan. Mimpiku saat itu masih sama, masih menggebu dan tertuju pada negeri dimana sekolah sihir Hogwarts berada, Inggris - UK. Tujuannya tak berganti sedari jamanku masih bocah SD, University of Oxford. Aku sambangi UK education exhibition dan aku sadari, kampus ternama impianku itu tak pernah mengikuti pameran pendidikan. Alasan logis yang diutarakan nekdo kepadaku yaitu "kampus sekelas Oxford gak perlu ikutan pameran pendidikan karena peminatnya sudah begitu banyak, kampus ternama tidak mencari mahasiswa tapi mahasiswa yang mencari kampus" ah iya juga ya hahahaha, nasib. Buka websitenya dan mencari tahu jurusan yang mungkin ku minati, ternyata tidak ada magister Ornithology di sana. Adanya program S3 dan program lanjutan pasca S1 tapi masih di bawah S2, aku lupa istilahnya, dan masa kuliahnya cuma 9 bulan. Temanku menyodori aku beberapa universitas luar yang membuka magister perburungan, salah satunya Queensland - Australia. Sayangnya, aku tak berminat karena merasa aku tidak ingin mengkhianati mimpi masa kecilku. Oxford.

Tetiba aku terpikir nekdo. Nenek yang merawatku sedari aku tamat TK usia 5.5 tahun dan memboyongku dari Palembang ke Jakarta, Oktober 2015 ini memasuki usia 80 tahunnya. Aku merasa begitu egois bila terus mempertahankan mimpiku. Aku memutuskan mengalah pada diriku sendiri. Bukan membuang mimpi itu, tapi memendamnya lebih lama. Belum saatnya untuk pergi jauh. Kemudian aku mulai melirik perguruan tinggi negeri lagi. Dengan pertimbangna tak tega dan tak bisa meninggalkan nekdo, fokusku hanya ke UI atau ITB. Kenapa UI? Aku bisa pulang-pergi tanpa harus ngekos dan meninggalkan nekdo di rumah sendirian. Kenapa ITB? Kalaupun tak bisa pp, aku bisa mengekos atau menumpang di rumah tante dan nekdo pun pasti bisa ikut menginap di rumah ponakannya itu. Kenapa tidak IPB? Aku sudah beberapa kali ke IPB, dari stasiun menyambung angkot lagi dan jalanan Bogor itu tak beda dengan Ciledug: macet amburadul! Hal itu tak memungkinkan pulang pergi yang artinya harus ambil kos dan nekdo mana mau diajak ke kosan. Nekdo tipe orang yang risih dan susah tidur kalau bukan di rumahnya. Lagian, aku tidak ada uang untuk biaya hidup sebagai anak kosan: makan, minum, ongkos, dan iuran kos. Juga, aku punya tanggung jawab pada murid-murid privat ku di sini.

senyum nekdo dan mama melihat ku bertoga
Dipikir dan pertimbangkan, aku memutuskan untuk mencoba ikut seleksi beasiswa LPDP. Walau ada rasa bersalah karena saat aku S1 sebagai penerima bidik misi yang tidak terealisasikan kuliah kurang dari sama dengan 4 tahunnya, tetapi aku pikir tak ada salahnya mencoba dan aku bertekad untuk tak mengulang kesalahan. Karena syarat LPDP adalah mendaftar paling lambat 6 bulan sebelum perkuliahan, aku berencana ikut ujian ITB di akhir tahun nanti dan UI di tahun depan. Namun ternyata, setelah aku keceplosan bilang ke nekdo UI sudah ada jadwal ujian terdekatnya, nekdo menyuruhku langsung mencobanya. Waktu itu bulan Mei akhir. Biaya ujian 750 ribu untuk SIMAK tanggal 14 Juni 2015. Padahal rencanaku aku mau ujian dengan uangku sendiri, nabung dulu sambil belajar untuk persiapan, tapi nekdo bilang untuk percobaan pertama ini beliau yang biayai. Katanya, "coba aja dulu, kan belom tentu juga lolos. Nah tapi kalo lulus harus siap mundur yaaa, nekdo gak ada duitnya buat kuliahmu. Ikut ini untuk mengasah aja biar nanti pas serius dan uang tabunganmu udah ada buat S2 kamu udah punya gambaran ujiannya" dan aku pun akhirnya mengiyakan dengan sedikit tidak dalam hati. Tidak untuk mundur kalau memang rejekinya lulus seleksi. Sayang uang 750 ribu itu bukan jumlah yang sedikit bagiku. 


Ujian di hari Selasa waktu itu agak membuatku keki. Peserta yang seruangan denganku mayoritas adalah bapak-bapak dan ibu-ibu. Ada sih yang sepantaran atau mungkin sebenarnya di atasku setahun atau dua tahun, tapi cuma 2 orang hahaha. Ujiannya diawasi oleh pemuda-pemudi berjakun (jaket kuning), yang aku yakin sih masih mahasiswa aktif. Super ketat pengawasannya, hingga jam tangan dan bungkus merk penghapus harus dikumpulkan. Jadi tak ada tas, tak ada hp, tak ada papan jalan, dan tak ada wadah ATK. Yang ada hanyalah pensil, pulpen, dan penghapus telanjang yang kita bawa dengan tangan kosong ke bangku kita masing-masing. Ujian cuma terdiri dari dua pokok materi: TPA (tes potensi akademik) dan bahasa Inggris. Namun, jeng jeng jeeeeeeng, TPA itu sebenarnya adalah materi Bahasa Indonesia, Matematika Dasar, Logika dan Analisa bak seorang detektif. Suer loh berasa banget dituntut jadi detektifnya saat kita diminta menebak informasi sekelompok orang yang tak ada hubungan persaudaraan dengan posisi dan keterangan data pribadi yang berbeda-beda tanpa ada standarisasinya, hanya mengacu pada orang-orang di kelompok itu dengan data acak itu. Lumayan jadi PR harus meringkas data yang diberikan dari sekitar 10 orang misterius dalam 1 soal yang sepanjang nyaris satu halaman kertas. Waktu mepet, bro! 

kartu peserta SIMAK UI 2015

Soal-soal sinonim, antonim, analogi, dan persetaraan di bagian materi Bahasa Indonesia lumayan membuat kening berkenyit. Belum lagi matematika dasarnya, ampunlah daripada nilaiku minus karena salah mending aku cari aman, menjawab 1 atau 2 soal yang aku yakin perhitunganku tidak ceroboh. Untuk analisa dan logika justru aku malah bersemangat dan menikmatinya hahahaha aneh ya, padahal hitung-hitungan matematika juga! Cuma 1 soal analisa logika yang 10 orang misterius itu yang belum sempat terjawab, keburu waktu habis. Oh iya, aku sedikit bodoh saat ujian: aku bersantai ria mengerjakan tiap soal TPA karena ku pikir waktu TPA yaaa dipakai untuk total soal TPA padahal waktu itu dibagi per materi. Jadi kalau waktu Bahasa Indonesia sudah habis, kita tidak boleh mengerjakannya lagi dan harus berlanjut ke Matematika Dasar, dst. Bahasa Inggris alhamdulillah aman terkendali dan tidak ada sistem minus pada jawaban salah, jadi yaaa sebaiknya isi semua keseratus butir soal Bahasa Inggris itu. Eh, ternyata soal Bahasa Inggris itu beda-beda loh, disesuaikan dengan jurusan tujuan kita. Misal orang yang mengajak ku berkenalan saat pulang di stasiun UI, ia dan temannya mengejar jurusan akuntansi maka soal-soal Bahasa Inggrisnya adalah soal-soal berlatar akuntansi. Sedangkan aku, soal-soal Bahasa Inggrisku berisi artikel-artikel Biologi tentang spesies, konservasi, dan mikroteknologi. Hahahaha lumayan bikin serius bacanya, Bahasa Inggris untuk akademisi sains memang beda dengan Bahasa Inggris sehari-hari.

Selesai ujian dan waktunya menunggu pengumuman. Aku terus berdoa agar Allah meridhoi aku lanjut studi S2 untuk membuat nekdo dan mama bangga. Pengumuman dijadwalkan tanggal 27 Juli 2015 pukul 17.00 WIB, tetapi aku baru menegoknya selepas sholat maghrib. Masyaallah, "Selamat, Anda diterima sebagai calon mahasiswa baru Universitas Indonesia" itu terbaca oleh mata dan otomatis melukis lengkungan senyum di wajahku malam itu. Iya, ada kupu-kupu berterbangan di dalam perutku!

pengumuman SIMAK UI 2015

Kabar bahagia diikuti dilema yang menggelegar. Biaya kuliah S2 di UI tidak ada dispensasi atau kebijakan yang meringankan. Magister Biologi Konservasi UI mematok 25 juta dibayar di awal saat registrasi ulang. Ada sih program cicilan, tapi menurut nekdo itu tak membantu malah membuat pusing nantinya. Boleh nyicil, tapi cuma dikasih waktu 4 bulan untuk melunasinya dengan cicilan pertamanya 15 juta (beda-beda tiap jurusan karena disesuaikan dengan detail uang muka masing-masing). Petuah nekdo pun yang bilang harus siap mundur kalau lolos SIMAK UI 2015 menguap begitu saja, justru nekdo semangat mencarikan pinjaman kesana-kesini. Begitupun mama di Palembang, sibuk mencari pinjaman demi aku melanjutkan studi S2ku. Uang yang begitu banyak, untuk pertama kalinya aku hutang pada orang dalam nominal yang sangat besar padahal meminjam 100 ribu saja aku sudah takut. Akhirnya dapat pinjaman 20 juta dan mengeruk sisa tabungan nekdo sebesar 5 juta.

Sekarang aku sudah resmi mahasiswi S2 Biologi Konservasi Universitas Indonesia. Mulai Selasa (01/09/15) aku memasuki jadwal kelas pertamaku di semester 1 tahun ajaran 2015/2016 ini. Fufufufu masih berasa kaki ku belum berpijak, aku masih mengambang. Aku belum bisa menebak siapa saja nanti teman baruku, tuakah atau sepantaran? Seperti apa dosen-dosen UI memberi kuliah, santaikah atau malah kaku? Bagaimana sikon perkuliahan S2, miripkah seperti S1 dulu? Namun aku sudah harus mantap berdiri saat menginjakkan kaki ke FMIPA UI di Depok itu untuk pertama kalinya nanti sebagai mahasiswinya. Aku harus selalu ingat, aku tak boleh lagi main-main. Tak boleh lebih dari 2 tahun kuliah dan tesis. Ah, aku perlu fokus pada IP kali ini agar di semester 2 aku bisa mendaftar pengajuan beasiswa. Sungguh, cukup 25 juta uang pangkal saja yang harus ku kejar untuk mengembalikannya, biar tak ada bayang-bayang hutang lagi. Biaya semesteran 30 juta lagi untuk semester 2, 3, dan 4 harus ku dapat dari kepala dan keringatku sendiri: beasiswa dan atau gaji dari kerjaan! Aku masih mengajar privat, tetapi untuk kepastian saat ini muridku hanya 2. Untuk tambahan, aku baru mendapat pekerjaan sebagai guru ekskul olimpiade sains di MTs. Yayasan Masjid Istiqlal yang gajinya memang jauh lebih sedikit daripada mengajar privat, tapi lumayanlah daripada tidak sama sekali. Toh untuk pengalaman juga, melatih sekaligus meningkatkan skill mengajar. Pekerjaan lain? Aku masih sedang memikirkannya ...

uni, nekdo, aku,mama
Aku butuh pekerjaan tambahan yang waktunya fleksibel, tidak mengikat dan tidak setiap hari. Hal ini karena kuliahku memakan 4 hari dalam seminggu dan mengajar privat juga ekskul di Istiqlal 5 hari dalam seminggu. Jadwal kuliah Selasa, Kamis, Jumat, dan Sabtu dimana Kamis dan Jumatnya adalah jadwal full pagi sampai dengan sore. Mengajar privat jam 6 sore di setiap Senin, Selasa, Rabu, Kamis, dan Minggu. Di Istiqlal setiap rabu minggu ke 3 dan ke 4 setiap bulannya jam 2 siang. Aku suka menggambar, memasak dan membuat cemilan, serta blusukan memotret alam liar. Dengan kesukaanku menggambar, aku biasa mengucapkan selamat dalam bentuk gambar. Belakangan ini aku lebih sering menggambar realis daripada manga maupun hewan. Menggambar seseorang dengan mencontoh foto yang jelas. Terpikir, bolehkah aku menguangkan hobi gambarku ini? Maksudku aku membuka pesanan gambar dari siapa saja, lalu si pemesan membayar upah gambarku. Contoh-contoh gambarku bisa diintip di fb ku: desi ayu triana, album foto yang berjudul my hand drawing atau ig ku: @datriana. Begitu juga dengan hobi memasak dan membuat aneka cemilan, aku berencana membuka cafe sederhana di rumah atau online shop saja ya? Dimana konsumen memesan menunya lalu ku buatkan. Beberapa menu ada di album memasak di fbku Untuk menu, aku baru bisa memastikan aneka kue kering lebaran, kue sus, pancake, pie mangga, pie apel, puding buah, kue cubit, strawberry cheese cake, pempek palembang, dendeng balado, ayam goreng atau telur balado, sop iga, kerang tumis pedas, tumis cumi pedas, tumis kangkung saos tiram, fuyunghai, tempe mendoan, dan nasi goreng yang sudah dicobakan ke keluarga dan teman-temanku dengan hasil yang tidak mengecewakan. Enak, alhamdulillah! Untuk foto-foto hasil blusukan ku selama jadi mahasiswi Biologi UNJ aku berencana menjualya dalam bentuk benda yang bisa digunakan, tapi butuh modal besar hehehehe :D

Aku tidak akan menyerah untuk mimpi-mimpiku yang masih banyak dalam angan pikiran! Mimpi-mimpiku mengarah pada satu tujuan yang jelas, melengkungan senyum bangga dan berbahagia di raut wajah nekdo dan mama yang semakin menua digerus waktu. Aku akan terus haus pendidikan, meski biaya terasa mengancam! Pendidikan dapat mendekatkan ku pada pintu-pintu impianku dan karena aku akan menjadi seorang ibu nantinya. Ibu adalah sekolah seumur hidup bagi anak-anaknya. Jangan menyerah, ya, aku akan terus berusaha sebaik mungkin! Apapun itu, semoga Allah memampukan dan meridhoi usahaku.


Terimakasih untuk almamater hijauku, aku tak akan melupakanmu, Universitas Negeri Jakarta!
Ayo kita bersahabat almamater baruku, we are the yellow jacket, Universitas Indonesia!






2 comments:

  1. Hai Eci, ceritanya bagus bisa dijadikan sumberbinformasi utk studi lanjut. Sy boleh minta emailnya? Ada beberapa hal yg mw ditanya... thx

    ReplyDelete
    Replies
    1. ini mbak dian y ngontek aku di fb kah? kalo iya, sudah ku jawab yaaa. kalo bukan, desi.ayutriana@gmail.com

      Delete