JAKARTA (2/10/14), hari ini lalu-lalang kota metropolitan tetap ramai sendat. Namun ada yang beda, terlihat tak sedikit pengendara motor atau pejalan kaki berbaju batik. Ya, hari batik nasional jatuh hari ini. Dari tahun lalu, hari batik nasional dibarengi dengan ide para pengamat burung Indonesia untuk melakukan pengamatan Bu Harti (burung di hari batik). Tahun ini pun Bu Harti tetap eksis. Kali ini saya melakukan pengamatan burung di danau kawasan industri Pulo Gadung.
Danau Pulo Gadung dengan akses yang cukup mudah meski jalan tak mulus, berbatu dan kerikil, menjadi salah satu spot yang cocok untuk pengamatan di ibu kota negara ini. Masih banyak pohon dengan dominan suku polong-polongan (Fabaceae). Sayangnya, danaunya berwarna hijau akibat limbah industri. Pengamatan sekilas, teridentifikasi 13 jenis burung. Burung Gereja (Passer montanus), Walet Linchi (Collocalia linchi), Cabai Jawa (Dicaeum trochileum), Burung-Madu Sriganti (Cinnyris jugularis), Burung-Madu Kelapa (Anthreptes malacensis), Remetuk Laut (Gerygone sulphurea), Takur Ungkut-ungkut (Megalaima haemacephala), Cucak Kutilang (Pycnonotus aurigaster), Merbah Cerukcuk (P. goiavier), Tekukur Biasa (Streptopelia chinensis), Sepah Kecil (Pericrocotus cinnamomeus), Kepudang Kuduk-Hitam (Oriolus chinensis), dan Wiwik Kelabu (Cacomantis merulinus), Jumlah ini masih mungkin bertambah karena saat pengamatan tadi cukup banyak orang. Dari mulai siswa-siswa SMA yang bolos sekolah sampai ke pemburu burung.
Burung Gereja (a juvenile of Eurasian Tree-Sparrow preening) |
Burung-Madu Sriganti (a male of Cinnyris jugularis feeding) |
Takur Ungkut-ungkut (a Coppersmith Barbet perching) |
Teramati ada dua orang pemburu dengan empat teknik berburu. Jala kabut (mist net) yang terbentang kira-kira semeter dari tanah, memancing dengan burung yang diikat, jebakan sangkar burung, dan memancing dengan rekaman MP3. Sempat terpikir untuk merusak jala kabut dan melepas burung-madu yang diikat, tapi ternyata saya diawasi oleh si pemburu. Lebih kaget, salah satu pemburu menghampiri saya. Putar otak, saya pura-pura bodoh mengenai burung. Saat ditanya, saya bilang saya baru mau mencoba mengamati burung dengan memfotonya sehingga saya tidak tahu nama-nama jenis burung. Tak disangka, si pemburu justru membantu saya memanggil burung untuk difoto dengan pancingan MP3 di hpnya. Si pemburu juga memberitahu saya nama-nama burung yang biasa ada di sana; cipoh, ciblek (yang dimaksud sebenarnya cinenen), kolibri (burung-madu), kutilang, kepodang, pelatuk (yang dimaksud sebenarnya takur), burung kematian (wiwik), perenjak (yang dimaksud sebenarnya sepah), dan burung-burung lepasan seperti murai dan cica daun. Selain itu pemburu juga bercerita kalau ia tidak setuju dengan pemburu yang bersenapan. Katanya, ia sering memarahi pemburu bersenapan karena burung-burung yang mati tertembak membangkai percuma di kawasan tersebut.
Realitas, burung-burung masih saja diburu. Walaupun ada pemburu yang membela hak hidup burung dengan menolak senapan, tetap saja berburu tak dibenarkan. Sangat tak berkeprihewanan dengan mengikat sayap burung menggunakan tali rapia ke ranting bersambung bambu hanya untuk memancing burung-burung lain datang menghampiri. Kemudian burung yang datang, terjerat lem yang dibaluri ke ranting dan ditangkap. Menggunakan seekor burung-madu sebagai sandera, terlihat ada enam ekor burung-madu lainnya yang menghampiri dengan berisik. Berbisik, saya mengucap doa "semoga kalian tak semakin mendekati perangkap, hati-hati". Pasti, Bu Harti menangis!
Berikut ini bukti perburuan Bu Harti di danau kawasan industri Pulo Gadung:
Jebakan jala kabut |
![]() |
Jebakan dengan mengikat burung |
Jebakan sangkar burung |
Pemburu yang memancing burung menggunakan MP3 |
DON'T TRY THIS AT HOME OR ANY WHERE ELSE!
Stop berburu, gaes! Kasihan anak-cucu kita nanti kalau burung habis di alam, masa mereka cuma bisa liat gambarnya di tv atau buku? Yuk amati saja mereka di alam, semangat pengamatan burung! ;)
wow keren liputannya Eci ... wah tujuannya apa nih diburu? kalo yang di hutan kota srengseng, ada pemburu nangkep layang-layang bilangnya walet buat obat asma katanya
ReplyDeletemakasih mas ady hehe tapi masih lebih ke curhatan daripada liputan ini mas :D katanya sih buat dipelihara dan dijual lagi mas
Delete